Halaman

Minggu, 30 September 2018

MANFAAT HIDROGEN ATOM ; PENGOBATAN DARURAT DAN PERAWATAN KRITIS


Efek Hidrogen ; Pengobatan Darurat Dan Perawatan Kritis
********

Oleh : David Alkhodri (Penulis Travel dan Featured)

Ket.Gmbr (Botol Hydrogin Atom)

Hai, teman-teman semua, bagi Anda yang peduli kesehatan, tentunya artikel ini sangat berguna, kenapa saya sebut seperti itu, sebab kesehatan merupakan hal terpenting untuk diri saya, Anda, kalian, bahkan, semua jenis mahluk idup yang berada dimungka bumi ini, yang berharap selalu mendapatkan kesehatan, baik fisik ataupun mental. heheehhe...... sory, hanya sebagai kata pembuka, suapaya tidak terlalu tegang ya teman!

Oke, ngomong-ngomong tentang dunia ilmu kesehatan, atau tentang ilmu kedokteran, tentunya tidak asing lagi bagi mereka mendengar kata tentang Hidrogen. Namun bagi kami yang kaum awam nama hidrogen masih terdengar asing ditelinga kita, bukan ? yang kita tau sih pastinya O2 (oksigen), namun di balik itu ternyata ada juga yang namanya Hidrogen (H). Diantara kita pastinya tidak mengetahui apa Hidrogen itu? Okee.. tidak perlu kwatir, disini Saya mencoba menjelaskan Hidrogen merupakan suatu unsur kimia melimpah yang berada di alam semesta. Banyak studi yang telah memaparkan mengenai efek yang sangat luar biasa dari air Hidrogen, namun jarang dianggap sebagai terapi untuk penyembuhan.

Dalam sebuah penelitian dari Japan Medical University Institute of Geriatrics Pada bulan Juli 2017 lalu, telah melakukan hasil riset bahwa gas Hidrogen jika dihirup memiliki sifat antioksidan untuk melindungi otak melawan cedera iskemik dan stroke dengan secara selektif mengurangi radikal Hidroksil (radikal bebas yang paling berbahaya karena menyerang DNA langsung).

Studi ini ternyata menjadi magnet bagi para ilmuan seluruh dunia yang mengeksplorasi nilai Terapeutik Hidrogen pada banyak model penyakit. Hasil riset membuktikan bahwa Hidrogen adalah zat antioksidan, antiapoptosis (membantu menghilangkan sel-sel tua dan sel-sel yang tidak diperlukan tubuh), dan anti-inflamasi yang sangat baik bahkan memiliki efek potensial dalam sel, jaringan, serta organ tubuh.

Ket.Gmbr (Bagaimana Molekul Hidrogen Kerja?)


Na, sebagai data singkat, kutipan sebuah jurnal tentang kesehatan dari Sumber http://www.medgasres.com, mengkonsumsi air Hidrogen akan lebih praktis dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya tinjauan ini berfokus pada temuan studi baru tentang efek Hidrogen pada model penyakit yang berbeda dalam pengobatan darurat dan perawatan kritis.

Sebuah penelitian dari Molecular Hydrogen Foundation (MHF) mengenai Hidrogen molekuler (H2) atau Hidrogen Diatomik adalah gas tak berasa, tidak berbau dan mudah terbakar. Lebih dari 500 artikel per- review menunjukkan Hidrogen memiliki potensi Terapeutik, pada dasarnya setiap organ tubuh manusia terdapat 200 model penyakit manusia yang berbeda. H2 mengurangi stress oksidatif sebagai antioksidan selektif dengan mempertahankan kadar homeostatik glutathione, superoksida dismutase, katalase, dan lain-lain. H2, seperti molekul pensinyalan gas lainnya (yaitu NO, CO, H2S), tampaknya memiliki aktivitas modulasi sinyal sel yang memberinya manfaat anti-inflamasi, anti-obesitas, dan anti-alergi.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh MHF, Molecular Hydrogen adalah senyawa yang memiliki kemampuan penyembuhan (therapeutic capability) berbagai penyakit secara alami. Molecular Hydrogen dapat membantu proses penyembuhan kurang lebih 200 macam penyakit yang terdapat dalam tubuh manusia, dan dapat memperbaiki kondisi organ-organ tubuh manusia.

Wauwww, luar biasa kandungan dari Hidrogen ini. Namun perkembangan dunia teknologi menjadikan hidrogen sebagai alternatif dari terapi segala macam penyakit, melalui air mineral yang diproses menggunakan elektrolisis untuk merubah kandungan tersebut menjadi hidrogen aktif. Salah satunya Hydrogin Atom yang dirancang sebagai tumbler untuk merubah air mineral menjadi air kaya hidrogen aktif.

Masih pada binggungkan, apa sih Hydrogin Atom itu, botol jin, yang dapat merubah air dan menyembuhkan penyakit? oooooo tidak, jangan salah arti dulu teman. Apa itu Hydrogin Atom merupakan tumbler yang di produksi dengan teknologi PEM dalam menghasilkan air hidrogen aktif. Elektrolisis SPE/PEM adalah teknologi inovatif generasi baru dari generasi hidrogen Generator/perangkat air hidrogen dengan teknologi elektrolisis SPE/PEM menghasilkan air  yang kaya hidrogen murni dan aman. Tidak ada OZONE, CHLORINE dan OXIDES lainnya. selain itu konsentrasi tinggi hidrogen 1000 – 4000 ppb (1-1.4 ppm) dalam waktu singkat.






       Melalui tahap uji laboratorium KONTITI Testing & Research (Global Business Partner for human safety and future Technology) dengan hasil laboratorium Hydrogin Atom, memiliki kandungan sangat bermanfaat sebagai alat yang dapat merubah air mineral biasa menjadi air minum yang kaya akan Hidrogen aktif yang dapat membantu meningkatkan daya ingat dan konsentrasi saat anda beraktivitas serta mampu mencegah terjadinya Osteoporosis.


          Nah! yuk coba mengkonsumsi air yang kaya akan Hidrogen Aktif yang memiliki potensi antioksidan dalam aplikasi preventif dan Terapeutik. Air Hidrogen Aktif memiliki kemampuan untuk cepat menyebar ke seluruh membran, dan dapat mencapai reaksi dengan ROS sitotoksik, dengan demikian dapat melindungi dan melawan kerusakan oksidatif. Air Hidrogen Aktif yang dihasilkan melalui proses elektrolisis dari tumbler Hydrogin Atom mampu mengikat radikal bebas dalam bentuk Cytotoxic Hydroxyl Radical sehingga dapat mengobati penyakit Rheumatoid.

         Untuk itu, masih mau pikir-pikir untuk kesehatan Anda pribadi atau keluarga ? Sehat itu mahal, kalo Anda tidak merawat tubuh Anda sendiri, namun sehat itu bisa murah kalo Anda peduli dengan kesehatan Anda!

Jumat, 14 September 2018

Lagenda Wanita Hebat yang Pernah Menjadi Ratu dan Menguasai Kerajaan Nusantara

Kita telah mengenal banyak sekali raja-raja yang menguasai kerajaan nusantara di masa lalu. Sebut saja Ken Arok, Hayam Wuruk, Kertajaya, hingga Jayanegara. Semuanya adalah raja hebat di zamannya hingga sejarah terus mengenangnya. Di antara raja yang pernah memerintah kerajaan Nusantara, ternyata muncul figur wanita yang memerintah kerajaan dengan hebat. Mereka jadi penguasa kerajaan Nusantara dengan gagah berani hingga berpuluh-puluh tahun. Bahkan dalam beberapa perang, mereka berhasil menekuk lutut hingga kerajaannya semakin berkembang dengan pesat. Inilah lima wanita hebat yang pernah menjadi raja dan menguasai kerajaan Nusantara di masa lalu.
1. Ratu maharani shima, Kerajaan khalingga

Ratu Shima adalah seorang ratu yang memerintah wilayah Kerajaan Kalingga yang saat ini merupakan wilayah Jawa Tengah. Ratu ini memerintah kerajaan selama 60 tahun dari tahun 670 hingga 730 masehi. Saat menjadi ratu, ia merupakan figur yang menjunjung tinggi hukum di wilayahnya. Ia mengajarkan kepada rakyatnya agar selalu hidup dalam kejujuran sampai kapan punMaharani/ Ratu Sima atau Shima putri Hyang Syailendra putra Santanu (Sriwijaya)  adalah istri Raja Kalingga Kartikeyasinga, Ayahanda Kartikeyasinga adalah Raja Kalingga (632-648) M. Sementara itu ibunda Kartikeyasinga berasal dari Kerajaan Melayu Sribuja yang beribukota di Palembang. Raja Melayu Sribuja – yang dikalahkan Sriwijaya tahun 683 M – adalah kakak dari ibunda Prabu Kartikeyasinga. Ratu Sima adalah putri seorang pendeta di wilayah Sriwijaya. Ia dilahirkan tahun 611 M di sekitar wilayah yang disebut Musi Banyuasin. Ia adalah istri pangeran Kartikeyasingha (sebelum jadi raja) yang merupakan keponakan dari Kerajaan Melayu Sribuja. Ia kemudian tinggal di daerah yang dikenal sebagai wilayah Adi Hyang (Leluhur Agung), atau yang sekarang bernama Dieng. Perkawinan Kartikeyasingha dengan Sima melahirkan dua orang anak, yaitu Parwati dan Narayana (Iswara). Ratu Sima adalah pemeluk Hindu Syiwa yang taat.
Parwati anak Ratu Shima, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Sang Jalantara atau Rahyang Mandiminyak dan menjadi raja Kerajaan Galuh ke-2 dengan gelar Prabu Suraghana (702-209) M dan berputri Dewi Sanaha. Dewi Sanaha dan Bratasenawa atau Prabu Sanna menikah memiliki anak yang bernama Sanjaya, Rakai Mataram (723 - 732M) yang kemudian 703 /704 M, Sanjaya menikahi Dewi Sekar Kancana (Teja Kancana Ayupurnawangi) putri Rakyan Sundasembawa (mati muda) putra Sri Maharaja Tarusbawa, cucu Sri Maharaja Tarusbawa dari Kerajaan Sunda sehingga Maharaja Harisdarma sempat menjadi raja Kerajaan Galuh (ia merebut kembali tahta Galuh tahun 723 M dari tangan Purbasora yang merebut tahta Galuh tahun 716 M dari Prabu Sanna, ayahnya) dan raja Kerajaan Sunda (menerima tahta dari kakek mertuanya, Sri Maharaja Tarusbawa) tahun 723 M sehingga ia menjadi Maharaja Sunda dan Galuh (723-732) M.

Maharaja Linggawarman, penguasa terakhir Tarumanagara (666-669) M, mempunyai 2 orang putri, yaitu yang sulung bernama Dewi Manasih menjadi istri Sri Maharaja Tarusbawa, menerima tahta Kerajaan Tarumanagara dari mertuanya, lalu mendirikan Kerajaan Sunda (669 M dan puteri yang kedua bernama Dewi Sobakancana menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa, yang mendirikan Kerajaan Sriwijaya (671 M).Tahun 500 M Pulau Sumatera dikuasai dua kerajaan kuat, yaitu Kerajaan Pali (Utara) dan Kerajaan Melayu Sribuja (di timur) yang beribukota Palembang. Sedangkan Kerajaan Sriwijaya baru merupakan kerajaan kecil di Jambi. Tahun 676 M Kerajaan Pali dan Mahasin (Singapura) ditaklukan Sriwijaya. Tahun 683 M, Kerajaan Sriwijaya berhasil menaklukan Kerajaan Melayu. Ekspansi Sriwijaya terhadap Kerajaan Melayu yang masih memiliki kekerabatan dengan Kalingga tentu sangat mengganggu hubungan dengan Kalingga. Maka, Sriwijaya mencoba mencairkan hubungan dengan Kerajaan Sunda dan Kalingga. Langkah diplomatik dilakukan antara Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Sunda yang sama-sama, sebagai menantu Maharaja Linggawarman dalam sebuah prasasti yang ditulis dalam dua bahasa, Melayu dan Sunda, jalinan persaudaraan dan persahabatan kemudian dikenal dengan istilah Mitra Pasamayan (inti isi perjanjiannya, untuk tidak saling menyerang dan harus saling membantu).[4]
Kerajaan Kalingga pun ditawari persahabatan, namun Kalingga menolak karena sakit hati atas penyerangan Sriwijaya terhadap Melayu, yang merupakan kerabat Kalingga mengingat Ratu Shima -menurut sebuah pendapat- Sang Ratu dan ibunda Kartikeyasinga berasal dari wilayah Kerajaan Melayu Sribuja yang beribukota di Palembang. Ketegangan antara Sriwijaya dan Kalingga menajam sehingga keduanya sudah mempersiapkan pasukan dalam jumlah besar namun, masih dapat dilerai oleh Sri Maharaja Tarusbawa dari Kerajaan Sunda, sebagai sahabat dan kerabat sehingga Sri Jayanasa mengurungkan niatnya menyerang Kalingga, karena Kalingga adalah kerabat Kerajaan Sunda. Keadaan ini berlangsung hingga Sri Jayanasa mangkat tahun 692 M dan digantikan oleh Darmaputra (692-704).
Sang Ratu Shima, dalam pemerintahannya, Kerajaan Kalingga aman karena beralinasi dengan Kerajaan Sunda dan Galuh. Terutama karena sikap tegas dan dia sangat dicintai rakyatnya. Sang Ratu menerapkan hukum yang keras dan tegas untuk memberantas pencurian dan kejahatan, serta untuk mendorong agar rakyatnya senantiasa jujur. Tradisi mengisahkan seorang raja asing yang meletakkan kantung berisi emas di tengah-tengah persimpangan jalan dekat alun-alun ibu kota Kalingga. Raja asing ini melakukan hal itu karena ia mendengar kabar tentang kejujuran rakyat Kalingga dan berniat menguji kebenaran kabar itu. Tidak seorangpun berani menyentuh kantung yang bukan miliknya itu, hingga suatu hari tiga tahun kemudian, seorang putra Shima, sang putra mahkota secara tidak sengaja menyentuh kantung itu dengan kakinya. Mulanya Sang Ratu menjatuhkan hukuman mati untuk putranya, akan tetapi para pejabat dan menteri kerajaan memohon agar Sang Ratu mengurungkan niatnya itu dan mengampuni sang pangeran. Karena kaki sang pangeran yang menyentuh barang yang bukan miliknya itu, maka Ratu menjatuhkan hukuman memotong kaki sang pangeran.
Masa kepemimpinan Ratu Shima menjadi masa keemasan bagi Kalingga sehingga membuat Raja-raja dari kerajaan lain segan, hormat, kagum sekaligus penasaran. Masa-masa itu adalah masa keemasan bagi perkembangan kebudayaan apapun. Agama Budha juga berkembang secara harmonis, sehingga wilayah di sekitar kerajaan Ratu Shima juga sering disebut Di Hyang (tempat bersatunya dua kepercayaan Hindu Budha). Dalam hal bercocok tanam Ratu Shima juga mengadopsi sistem pertanian dari kerajaan kakak mertuanya. Ia merancang sistem pengairan yang diberi nama Subak. Kebudayaan baru ini yang kemudian melahirkan istilah Tanibhala, atau masyarakat yang mengolah mata pencahariannya dengan cara bertani atau bercocok tanam. Kerajaan Kalingga beratus tahun yang lalu bersinar terang emas penuh kejayaan. Memiliki Maharani Sang Ratu Shima nan ayu, anggun, perwira, ketegasannya semerbak wangi di banyak negeri. Pamor Ratu Shima dalam memimpin kerajaannya luar biasa, amat dicintai jelata, wong cilik sampai lingkaran elit kekuasaan. Bahkan konon tak ada satu warga anggota kerajaan pun yang berani berhadap muka dengannya, apalagi menantang. Situasi ini justru membuat Ratu Shima amat resah dengan kepatuhan rakyat, kenapa wong cilik juga para pejabat mahapatih, patih, mahamenteri, dan menteri, hulubalang, jagabaya, jagatirta, ulu-ulu, tak ada yang berani menentang sabda pandita ratunya.
2.  Tribuwana Wijayatunggaldewi – Kerajaan Majapahit
Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah penguasa ketiga Majapahit yang memerintah tahun 1328-1351. Dari prasasti Singasari (1351) diketahui gelar abhisekanya ialah Sri Tribhuwanottunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani.a menggantikan kakak tirinya, Jayanegara yang meninggal tanpa memiliki keturunan. Tribuwana memerintah Majapahit atas permintaan Gayatri sang ibu karena ia telah menjadi pendeta Buddha. Hal ini menimbulkan dugaan jika Tribuwana naik tahta untuk menggantikan Gayatri.Nama asli Tribhuwana Wijayatunggadewi (atau disingkat Tribhuwana) adalah Dyah Gitarja. Ia merupakan putri dari Raden Wijaya dan Gayatri. Memiliki adik kandung bernama Dyah Wiyat dan kakak tiri bernama Jayanagara. Pada masa pemerintahan Jayanagara (1309-1328) ia diangkat sebagai penguasa bawahan di Jiwana bergelar Bhre Kahuripan.Menurut PararatonJayanagara merasa takut takhtanya terancam, sehingga ia melarang kedua adiknya menikah. Setelah Jayanagara meninggal tahun 1328, para ksatriya pun berdatangan melamar kedua putri. Akhirnya, setelah melalui suatu sayembara, diperoleh dua orang pria, yaitu Cakradhara sebagai suami Dyah Gitarja, dan Kudamerta sebagai suami Dyah WiyatCakradhara bergelar Kertawardhana Bhre Tumapel. Dari perkawinan itu lahir Dyah Hayam Wuruk dan Dyah Nertaja. Hayam Wuruk kemudian diangkat sebagai yuwarajabergelar Bhre Kahuripan atau Bhre Jiwana, sedangkan Dyah Nertaja sebagai Bhre Pajang.Menurut Nagarakretagama, Tribhuwana naik takhta atas perintah ibunya (Gayatri) tahun 1329 menggantikan Jayanagara yang meninggal tahun 1328. Ketika Gayatri meninggal dunia tahun 1350, pemerintahan Tribhuwana pun berakhir pula.

Berita tersebut menimbulkan kesan bahwa Tribhuwana naik takhta mewakili Gayatri. Meskipun Gayatri hanyalah putri bungsu Kertanagara, tetapi mungkin ia satu-satunya yang masih hidup di antara istri-istri Raden Wijaya sehingga ia dapat mewarisi takhta Jayanagara yang meninggal tanpa keturunan. Tetapi saat itu Gayatri telah menjadi pendeta Buddha, sehingga pemerintahannya pun diwakili putrinya, yaitu Tribhuwana Tunggadewi. Menurut Nagarakretagama, Tribhuwana memerintah didampingi suaminya, Kertawardhana. Pada tahun 1331 ia menumpas pemberontakan daerah Sadeng dan Keta. Menurut Pararaton terjadi persaingan antara Gajah Mada dan Ra Kembar dalam memperebutkan posisi panglima penumpasan Sadeng. Maka, Tribhuwana pun berangkat sendiri sebagai panglima menyerang Sadeng, didampingi sepupunya, Adityawarman.
Peristiwa penting berikutnya dalam Pararaton adalah Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada saat dilantik sebagai rakryan patih Majapahit tahun 1334. Gajah Mada bersumpah tidak akan menikmati makanan enak (rempah-rempah) sebelum berhasil menaklukkan wilayah kepulauan Nusantara di bawah Majapahit.
Pemerintahan Tribhuwana terkenal sebagai masa perluasan wilayah Majapahit ke segala arah sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa. Tahun 1343 Majapahit mengalahkan raja Kerajaan Pejeng (Bali), Dalem Bedahulu, dan kemudian seluruh Bali. Tahun 1347 Adityawarman yang masih keturunan Melayu dikirim untuk menaklukkan sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Malayu. Ia kemudian menjadi uparaja (raja bawahan) Majapahit di wilayah Sumatera. Perluasan Majapahit dilanjutkan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, di mana wilayahnya hingga mencapai Lamuri di ujung barat sampai Wanin di ujung timur. Nagarakretagama menyebutkan akhir pemerintahan Tribhuwana adalah tahun 1350, bersamaan dengan meninggalnya Gayatri. Berita ini kurang tepat karena menurut prasasti Singasari, pada tahun 1351 Tribhuwana masih menjadi ratu Majapahit.Tribhuwana Wijayatunggadewi diperkirakan turun takhta tahun 1351 (sesudah mengeluarkan prasasti Singasari). Ia kemudian kembali menjadi Bhre Kahuripan yang tergabung dalam Saptaprabhu, yaitu semacam dewan pertimbangan agung yang beranggotakan keluarga kerajaan. Adapun yang menjadi raja Majapahit selanjutnya adalah putranya, yaitu Hayam WurukTidak diketahui dengan pasti kapan tahun kematian Tribhuwana. Pararaton hanya memberitakan Bhre Kahuripan tersebut meninggal dunia setelah pengangkatan Gajah Enggon sebagai patih tahun 1371. Menurut Pararaton, Tribhuwanotunggadewi didharmakan dalam Candi Pantarapura yang terletak di desa Panggih. Sedangkan suaminya, yaitu Kertawardhana Bhre Tumapel meninggal tahun 1386, dan didharmakan di Candi Sarwa Jayapurwa, yang terletak di desa Japan.

3.  Sutanah Syah Alam Barisyah – Kerajaan Perlak
Syah Alam Barisyah adalah seorang ratu dari Kerajaan Perlak di Aceh. Ia naik tahta menggantikan ayahnya yang bernama Sultan Makhdum Alaiddun Abdul Jalil Jauhan Berdaulat. Sebelumnya ia mendapatkan gelar Sultanah yang merujuk pada Sultan namun dengan jenis kelamin wanita.Syah Alam Barisyah memerintah Kerajaan Perlak selama 29 tahun dari tahun 1196-1225. Dalam memerintah, Syah Alam Barisyah banyak menerapkan syariat Islam yang saat itu mulai berkembang di Aceh. Ia melakukannya dibantu adik laki-lakinya bernama Abudul Aziz Syah.

Rabu, 12 September 2018

UNIKNYA BAJU ADAT YANG ADA DI INDONESIA

Halo semuanya ...apa kabar pembaca blogku ,,,pasti baik baik saja ,,,kali ini saya mau membahas uniknya baju adat provinsi yang ada di indonesia ,,,ya dinegara kita yang tercinta ini...saya mulai dari mana dulu yak,,,giman dari provinsi saya dulu ok ya,,provinsi Sumatera....you guys

1. Sumatera Barat 

Sebagai bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya, Indonesia memiliki banyak pakaian adat yang memiliki nilai sejarah dan nilai pengetahuan yang penting. Tidak terkecuali Propinsi Sumatera Barat yang mayoritas dihuni oleh masyarakat beretnis Minangkabau. Seperti kebanyakan suku-suku disaerah lain, suku yang dikenal dengan sebutan “Ranah Minang” ini juga memiliki baju adat yang memiliki makna dan arti tersendiri. Keberadaan pakaian adat dalam lingkup kebudayaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari peristiwa budaya, misalnya pada upacara adat yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat. Dalam adat Sumatera barat pakaian yang digunakan oleh kaum wanita disebut dengan nama Baju Kurung sementara pakaian yang dikenakan remaja putri disebut pakaian adat Lambak Ampek. Pakaian adat Sumatera Barat yang paling populer dalam adat minangkabau dikenal dengan nama Bundo Kanduang.
Pakaian ini terdiri dari tingkolok (penutup kepala), baju kurung, kain selempang, kain sarung, serta perhiasan berupa kalung dan anting. Pakaian yang khusus diperuntukan bagi wanita yang telah diangkat menjadi bundo kanduang ini memiliki ciri khas penutup kepala yang disebut tingkolok. Tingkolok merupakan hiasan kepala perempuan yang berbentuk runcing dan bercabang menyerupai tanduk kerbau. Pemakaian tengkuluk digunakan sebagai perlambang perempuan sebagai pemilik rumah gadang.Makna simbolik yang terkandung pada Baju Kurung yang dikenakan oleh wanita dalam adat Sumatera Barat antara lain:
1. Penutup kepala yang berbentuk seperti tanduk runcing yang berumai emas atau loyang sepuhan memiliki makna bahwa orang yang mengenakannya adalah seorang pemilik rumah gadang.
2. Baju kurung dengan warna hitam, merah, biru, atau lembayung yang dihiasi dengan benang emas dan tepinya diberi minsie yang bermakna bahwa seorang bundo kanduang dan kaumnya harus mematuhi batas-batas adat dan tidak boleh melanggarnya.
3. Balapak yang diselempangkan dari bahu kanan ke rusuk kiri memiliki arti bahwa seorang perempuan bertanggung jawab untuk melanjutkan keturunan.
4. Kain sarung bersulam emas yang bermakna simbolik kebijaksanaan, artinya seorang bundo kanduang harus dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya.
5. Perhiasan digunakan sebagai simbol yang mengandung norma-norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat.






2. SULAWESI SELATAN

Berbicara tentang Sulawesi Selatan, tentu sebagian dari kita akan ingat dengan Bunaken, Makassar, atau bahkan rekreasi Trans Studio. Sulawesi Selatan memang menjadi salah satu provinsi yang menyimpan berbagai tempat indah dan menarik. Tak heran banyak sekali turis yang menjadikan tempat ini destinasi wisatanya. Selain tempat wisata, ternyata ada yang lebih menarik lagi  untuk dibahas yaitu pakaian adat sulawesi selatanPakaian adat sulawesi selatan sebenarnya dipengaruhi oleh beberapa suku di dalamnya. Menjadi salah satu provinsi paling besar di Indonesia Timur, Sulawesi Selatan memiliki penduduk yang heterogen. Suku-suku yang mendiami Sulawesi Selatan diantaranya adalah Suku Bugis, Suku Makassar. Dan Suku Mandar. Dari ketiga suku tersebut, Suku Mandar menjadi suku yang mendominasi provinsi ini. Meskipun begitu, pakaian adat di provinsi ini lebih sering disebut dengan pakaian adat sulawesi selatan Makassar.

Untuk para Pria, pakaian adat sulawesi selatan disebut juga Bella Dada. Pakaian ini biasanya dipakai bersamaan dengan Paroci, Lipa Garusuk, dan Passapu. Paroci merupakan bawahan atau celana, sedangkan lipa garusuk adalah kain sarung yang dililitkan di pinggang. Passapu sendiri sebenarnya merupakan nama untuk penutup kepala yang digunakan para pria. Jika dilihat sekilas, bentuknya mirip sekali dengan peci.Bella Dada memiliki model layaknya jas namun tertutup dan lengannya panjang. Bella Dada juga memilii kerah serta kancing yang fungsinya sebagai perekat. Tak hanya itu, pakaian pria ini juga memiliki saku di kedua sisinya. Berbeda dengan baju wanita, pakaian untuk laki-laki biasanya dibuat menggunakan bahan yang sedikit lebih tebal. Masyarakat sana biasanya menggunakan kain lipa garusuk atau lipa sabbe sebagai bahan dasar. Untuk warnanya, tidak ada aturan khusus warna apa yang harus digunakan. Biasanya, warna akan disesuaikan dengan warna baju wanita atau selera pengguna.
Lain halnya dengan Passapu, pakaian yang satu ini biasanya terbuat dari daun lontar yang dianyam. Untuk membuatnya lebih bagus, Passapu dihias dengan mbring (benang emas) yang telah disusun. Namun, Passapu sebenarnya tida wajib diberi hiasan. Ada beberapa yang menggunakan Passapu polos seperti para guru, tetua, atau dukun. Selain Passapu, ternyata para pria juga menggunakan aksesoris seperti keris, sapu tangan, sigarak, keris, dan selempang rante kembang. Mereka juga ada yang menggunakan gelang emas yang diberi motif naga yang disebut Gelang Ponto Naga.
Untuk keris, biasanya di Sulawesi Selatan disebut juga dengan tatarapeng atau pasattimpo. Pada umumnya, keris memiliki sarung dan kepala yang dibuat dengan bahan dasar emas. Keris ini nantinya dikenakan di area pinggan pria. Itulah sedikit informasi tentang pakaian adat sulawesi selatan dan penjelasannya. Pakaian adat pria Sulawesi Selatan memang dapat dibilang unik. Berbeda dengan pakaian wanita, pakaian pria Sulawesi Selatan umumnya masih terkesan sederhana
Untuk para wanita, pakaian adat sulawesi selatan bernama Baju Bodo. Meskipun di Sulawesi Selatan terdapat bermacam suku, Baju Bodo umumnya lebih sering dipakai oleh wanita-wanita Makassar. Biasanya, pakaian ini sering digunakan ketika ada acara adat atau acara resmi. Di Sulawesi Selatan, masyarakat menyebut baju bodo dengan nama Baju Bodo Gesung. Hal ini dikarenakan model bajunya terlihat menggelembung pada bagian punggung.Berbicara tentang pakaian adat sulawesi selatan beserta keterangannya, Baju Bodo konon dikenal sebagai baju adat pertama yang muncul di provinsi ini. Di dalam kitab suci Patuntung milik nenek moyang suku Makassar, baju bodo telah disebutkan secara jelas baik itu dari bentuk hingga cara memakainya. Sejak zaman dahulu, masyarakat Makassar telah mengenal ilmu tekstil. Hal ini membuat baju bodo sangat nyaman sekali saat digunakan. Pakaian adat sulawesi selatan bodo biasanya dibuat dengan bahan dasar kain Muslin. Kain tersebut merupakan kain yang dibuat dari pintalan kapas yang dijahit bersamaan dengan benang katun. Baju Bodo sengaja dibuat dengan rongga benang yang aga renggang, sehingga membuat kain tersebut nyaman dan adem ketika digunakan di wilayah tropis seperti Sulawesi Selatan.
Jika dilihat secara sekilas, baju bodo memiliki model tanpa lengan, Hanya ada beberapa jahitan yang berfungsi menyatukan sisi kiri dan kanan kain saja. Sedangkan, di bagian bahunya dibiarkan begitu saja tanpa adanya jahitan.Bagian atas pada baju bodo sengaja dilubangi guna menjadi tempat masuk leher. Lubang masuk leher ini biasanya juga dibuat tanpa adanya jahitan. Untuk bawahan baju bodo, mereka biasanya menggunakan sarung yang memiliki motif kotak-kotak. Sarung ini digunakan dengan digulung biasanya menggunakan tangan sebelah kiri.
Untuk mempercantik penampilan, biasanya baju bodo dilengkapi dengan bermacam aksesoris seperti gelang, cincin, bando emas, serta kepingan-kepingan logam. Jika dahulu aksesoris tersebut terbuat dari emas, saat ini telah banyak yang membuatnya dari emas sepuhan atau logam.
Berbeda dengan pakaian pria, baju bodo memiliki ketentuan warna yang berbeda. Di dalam kitab Patuntung, terdapat sebuah aturan yang mengatur pemakaian warna baju bodo pada wanita. Biasanya, warna diatur berdasarkan tingkatan usia mereka, berikut aturannya:
  • Wanita berumur kurang dari 10 tahun memakai baju bodo warna jingga.
  • Wanita berumur 10 – 14 tahun memakai baju bodo warna jingga dan merah darah.
  • Wanita berumur 17 – 25 tahun memakai baju bodo warna merah.
  • Wanita yang merupakan para dukun dan ingan memakai baju bodo warna putih.
  • Wanita dengan status janda memakai baju bodo warna ungu.
Jika dulunya peraturan tersebut sangat wajib untuk dipatuhi, saat ini para wanita bebas mengenakan pakaian bodo dengan warna yang mereka inginkan. Lunturnya kepatuhan akan aturan tersebut disebabkan oleh pudarnya kepercayaan animism dan dinamisme masyarakat Sulawesi Selatan. Hal tersebut konon telah pudar setelah Islam masuk ke Indonesia. Nah, itulah sedikit penjelasan mengenai pakaian adat dari Sulawesi Selatan. Secara umum, pakaian adat sulawesi selatan adalah Bella Dada dan Baju Bodo. Namun, disamping pakaian tersebut, mereka juga mengenakan aksesoris sebagai pelengkap.
3. ACEH
Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya. Pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke membuat Indonesia tidak hanya memiliki beribu-ribu pulau melainkan juga memiliki keberagaman bahasa, budaya dan adat istiadat. Tidak heran jika banyak turis atau para wisatawan yang penasaran dan tidak ragu untuk mempelajari kebudayaan Indonesia. Salah satu daerah yang sarat akan budaya adalah Aceh. Nangro Aceh Darussalam (NAD) merupakan salah satu provinsi yang terkenal dengan julukan Serambi Mekah dan terletak di ujung barat pulau Sumatera.Aceh memiliki kebudayaan yang dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Kala itu Aceh merupakan salah satu jalur perdagangan yang sering dilwati oleh orang-orang Timur Tengah. Maka tidak heran jika kebudayaan Aceh lebih condong ke kebudayaan Islam yang dibawa oleh jazirah Arab. Selain Serambi Mekah, Aceh juga dikenal sebagai Tanah Rencong. Aceh merupakan tempat kelahiran salah satu pahlawan wanita Indonesia, Cut Nyak Dien dan juga pahlawan Cik Ditiro.Kebiasaan masyarakat Aceh memang tidka pernah lepas dari syariat Islam, mulai dari aturan hingga tarian tradisional. Salah satu kebudayaan Aceh yang bernafaskan Islami adalah gaya berpakaian. Masyarakat Aceh seperti yang diketahui memiliki pakaian adat yang merupakan bentuk dari akulturasi kebudayaan Islam dan budaya melayu, baik itu pakaian untuk wanita atau pun pria.
Tidak hanya pakaian adat, pakaian keseharian masyarakat Aceh juga tidak jauh-jauh dari syariat Islam. Tidak heran jika Aceh dijuluki sebagai Serambi Mekah. Pakaian adat yang biasa digunakan oleh masyarakat Aceh dikenal dengan sebutan Linto Baro yaitu pakaian yang diperuntukkan untuk pria dan Daro Baro sebutan untuk pakaian wanita. Penggunaan pakaian adat biasanya dipakai saat upacara-upacara tertentu, misalnya upacara pernikahan. pakaian adat Aceh memiliki keunikan tersendiri dengan pernak pernik yang berbeda dengan pakaian adat daerah lainnya.
Pakaian adat nanggroe aceh darussalam yang digunakan oleh laki-lakai disebut dengan Linto Baro. Pakaian adat Linto Baro diperkirakan telah ada di Aceh sejak zaman kerajaan Perlak dan Samudera Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Pada awalnya, Linto Baro sebagai pakaian adat yang digunakan oleh pria dewasa saat menghadirir upacara adat atau upacara pemerintahan. Pakaian adat Linto Baro terdiri dari Meukasah yang merupakan baju atasan, Siluweu merupakan celana panjang, Ijo Korong yang merupakan kain sarung, Rencong yaitu senjata khas yang merupakan senjata tradisional Aceh, dan Meukeutop yaitu penutup kepala.
  • Meukasah
Meukasah merupakan baju tenun yang terbuat dari kain sutra. Biasanya, baju meukasah memiliki warna dasar hitam. Pemilihan warna dasar hitam ini bukan tanpa alasan. Menurut kepercayaan masyarakat Aceh, warna hitam merupakan lambang dari kebesaran.
Baju Meukasah dipercaya sebagai lambang kebesaran masyarakat Aceh. Dalam baju meukasah dapat pula ditemukan sulaman emas yang hampir sama dengan baju khas masyarakat China. Sulaman emas ini biasanya terdapat di kerah meukasah. Hal ini disebut-sebut karena terjadinya akulturasi budaya melayu dengan budaya China yang dibawa oleh para pedagang dan pelaut yang melewati Aceh kala itu.
  • Sileuweu
Sileuweu merupakan bawahan yang digunakan untuk menutupi bagian bawah tubuh untuk laki-laki berupa celana panjang. Warna celana sileuweu ini juga berwarna gelap, senada dengan atasan baju meukasah. Celana siluweu ini terbuat dari kain katun yang merupakan ciri khas pakaian adat Melayu.
Celana panjang ini, selain sileuweu juga memiliki nama sebutan lain yaitu Celana Cekak Musang. Aksesoris lain yang ditambahkan adalah sarung yang disebut dengan ija lamgugap, ija krong, atau ija sangket. Kain ini merupakan kain songket yang terbuat dari sutra. Cara penggunaan sarung ini adalah dengan cara mengaikatkannya ke pinggang dengan panjang selutut atau kira-kira 10 cm di atas lutut.
  • Meukeutop atau Tutup Kepala
Tutup kepala atau yang biasa disebut kopyah menambah kuatnya pengaruh budaya Islam di tanah Aceh. Kopiah yang biasa disebut dengan meukeutop ini merupakan penutup kepala yang berbentuk kopiah lonjong ke atas. Selain itu, meukeutop ini dilengkapi dengan lilitan tangkulok yang merupakan lilitan yang terbuat dari tenan kain sutra dengan hiasan bintang berbentuk persegi 8 yang terbuat dari emas atau kuningan.
  • Rencong
Setiap daerah atau adat yang lain tentunya memiliki senjata tradisional yang menjadi senjata khas daerah mereka. Tidak terkecuali di Aceh. Tentunya tidak lengkap jika pakaian adat tidak disandingkan dengan senjata tradisional khas daerah. Rencong merupakan senjata khas Aceh yang diselipkan di bagian pinggang pria dengan memperlihatkan bagian gagang senjata.
4. KALIMANTAN TENGAH 
Pakaian adat Provinsi Kalimantan Tengah biasanya dipakai pada waktu penyelenggaraan upacara-upacara adat atau pesta adat, misalnya upacara perkawinan dan penyambutan tamu. Pakaian adat untuk upacara pada setiap suku bangsa di Provinsi Kalimantan Tengah berbeda-beda. Hal ini disebabkan setiap suku bangsa memiliki kepercayaan dan ritual adat yang berbeda-beda. Berikut ini pakaian adat suku bangsa di Provinsi Kalimantan Tengah.

Pakaian Adat Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah

Beratus tahun lalu masyarakat Dayak membuat pakaian dengan bahan dasar kulit kayu yang disebut kulit nyamu. Kulit kayu dari pohon keras ini ditempa dengan pemukul semacam palu kayu hingga menjadi lemas seperti kain. Setelah dianggap halus, "kain dari kulit kayu" itu dipotong untuk dibuat baju dan celana.

Baju adat suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah berupa rompi tanpa hiasan apa pun yang disebut sangkarut. Celana adalah cawat yang ketika dikenakan, bagian depannya ditutup lembaran kain nyamu berbentuk persegi panjang, yang disebut ewah. Pakaian itu berwarna coklat muda, warna asli kayu, tidak diberi hiasan, tidak pula diwarnai hingga kesannya sangat alamiah.

Dalam perkembangannya, baju kulit kayu dilengkapi aksesori ikat kepala (salutup hatue untuk kaum laki-laki dan salutup bawi untuk kaum perempuan), giwang (suwang), kalung, gelang, rajah (tato) pada bagian-bagian tertentu, yang bahannya juga dipungut dari alam sekitar. Biji-bijian, kulit kerang, gigi dan taring binatang dirangkai menjadi kalung. Gelang dibuat dari tulang binatang buruan, giwang dari kayu keras, dan berbagai akseroris lainnya yang mendaurulangkan limbah keseharian mereka. Kesederhanaan pakaian kulit kayu itu pun memancarkan esensi keindahan karena tambahan warna warni flora dan fauna yang ditambahkan sebagai pelengkap pakaiannya.

Setelah itu, masyarakat Dayak Ngaju pun mulai membubuhkan warna dan corak hias pada pakaian mereka. Bahan pakaian itu secara kreatif diolah dari bahan yang tersedia di alam sekitar mereka. Misalnya warna hitam dari jelaga, warna puitih dari tanah putih dicampur air, warna kuning dari kunyit, warna merah dari buah rotan. Corak hias yang digambarkan pada paakaian mereka juga diilhami oleh apa yang mereka lihat di alam sekitar mereka. Maka tampillah stilasi bentuk flora dan fauna, bunga, dedaunan, akar pohon, burung, cakar harimau dan sebagainya menjadi corak hias pakaian adat. Keyakinan dan alam mitologi juga memberi inspirasi pada penciptaan ragam corak hias pakaian adat sehingga gambar-bambar itu, selain tampil artistik juga punya makna simbolik.
Pakaian adat masyarakat Dayak Ngaju yang beredar sekarang hampir seluruhnya dibuat dari kain tenun halus serat kapas atau sutra. Kain-kain tenun halus ini bermula dari para pedagang dari Gujarat India yang datang ke wilayah Nusantara. Oleh masyarakat Ngaju, terutama yang bermukim di daerah pesisir, teknik menenun kain halus ini diadaptasi.

Pakaian Adat Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah

Pakaian adat Kotawaringin Barat yang merupakan unsur budaya Melayu di Provinsi Kalimantan Tengah, banyak dipengaruhi oleh pakaian pengantin banjar baamar galung pancaran matahari.